Labels

Labels

Labels

Selasa, 20 Desember 2011

Di Entot Adik Kandungku

Namaku Ani, mahasiswi tingkat
tiga di sebuah perguruan tinggi
negeri di Bandung. Aku dan
saudaraku empat bersaudara,
aku anak nomor tiga. Kakakku
yang paling besar, Mbak Ine
sudah menikah dan tinggal
bersama suaminya di Jakarta.
Kakakku nomor dua, Mas Doni
bekerja di Batam, dan adikku
Toni yang paling bungsu masih
kelas satu SMU negeri di
Bandung.
Pertama kali aku melakukan
hubungan seks dengan kakakku
nomor dua saat aku masih kelas
dua SMU. Saat itu kakakku
sedang cuti dan pulang ke
Bandung, aku sangat senang
sekali. Kami bertiga pergi ke
Cipanas dan kami menyewa
sebuah pondokan di sana. Malam
harinya saat aku sedang tertidur
lelap di kamarku, aku merasa ada
sesuatu di kemaluanku. Mula-
mula rasanya enak sekali seperti
ada yang membelai dan
menghisapnya, tetapi tiba-tiba
rasanya sangat sakit seperti ada
yang menekan dan berusaha
masuk, dan kurasakan juga
seperti ada yang sedang
menindihku.
Saat aku membuka mataku, aku
melihat kakakku sedang
menindihku dan berusaha
memasukkan batang
kemaluannya, aku mencoba
berontak tapi tenagaku kalah
kuat.
"Mas Doni jangan, aduh sakit
Mas.., sakit..!"
"Ah diem aja dan jangan coba
teriak..!" kata kakakku.
Malam itu kegadisanku diambil
oleh kakakku sendiri. Tidak ada
rasa nikmat seperti yang kubaca
di buku, melainkan rasanya sakit
sekali. Aku hanya bisa pasrah
dan menahan sakit di bagian
liang kewanitaanku saat
kakakku bergerak di atas
tubuhku. Gerakannya kasar
seperti ingin mencabik-cabik
tubuhku. Aku hanya bisa
menangis tersedu-sedu. Saat
kulihat tubuh kakakku
mengejang dan kurasakan ada
sesuatu yang hangat
menyemprot ke dalam liang
senggamaku, semakin hancurlah
perasaan hatiku.
Pagi harinya aku hanya terdiam
di kamar, karena tubuhku
rasanya lemas dan sakit. Saat
kakakku mengajakku pergi, aku
hanya memalingkan wajahku
dan menangis. Sore harinya
kakakku masuk ke kamarku, dia
minta maaf atas kejadian
semalam dan berusaha untuk
memperbaikinya, tapi aku hanya
diam saja. Malam harinya
kakakku datang lagi ke kamarku.
Aku sangat ketakutan, tapi dia
hanya tersenyum dan mencoba
mencium bibirku, aku kembali
berontak. Aku memaki-maki
kakakku, tapi dia tidak peduli
dan kembali mencium bibirku
sambil meremas payudaraku,
lama-lama aku menjadi
terangsang karenanya. Dan
malam itu kembali aku dan
kakakku melakukannya, tapi lain
dari malam yang kemarin, malam
ini aku merasakan kenikmatan
yang luar biasa dan kami
melakukannya dua sampai kali.
Sebelum kakakku kembali
bekerja di Batam, saat
mengantar kakakku di Bandara,
aku meminta hadiah perpisahan
darinya.
Di kamar mandi Bandara kami
melakukannya lagi, "Ah Mas
Doni.., terus Mas.. akh.."
"Akh Ani, kamu cantik sekali,
akh.. Ani, Mas Doni mau keluar,
akh..!"
"Ani juga Mas.., akh.. Mas, Ani
keluar Mas.., akhh..!"
Mas Doni memelukku erat-erat,
begitu juga diriku. Setelah
beberapa saat kami berciuman
dan kembali lagi ke ruang
tunggu dengan alasan habis dari
kantin beli makanan. Aku hanya
bisa menangis saat Mas Doni
pergi, tapi aku juga sangat
bahagia dengan hadiah yang
diberikannya.
Sejak saat itu aku seperti
ketagihan dengan seks, dan
untuk melampiaskannya aku
hanya dapat melakukan
masturbasi di kamar mandi. Aku
sudah punya pacar dan kami
melakukannya sampai sekarang,
tapi aku jarang merasakan
kenikmatan seperti yang
kudapatkan dari kakakku. Dan
saat adikku mulai beranjak
dewasa, aku melihat sosok
kakakku, tapi adikku lebih
tampan dan gagah bila
dibandingkan dengan kakakku.
Aku sering merasa terangsang,
tapi hanya bisa kutahan dan
lagi-lagi hanya bisa
kulampiaskan dengan jalan
masturbasi. Entah berapa lama
aku bisa menahan keinginan
untuk melakukannya dengan
adikku.
Sampai suatu hari, saat orang
tuaku sedang tidak ada di
rumah, adikku baru pulang
sekolah dan aku menyiapkan
makan siang untuknya. Karena
hari itu terasa panas, aku hanya
menggunakan celana pendek
dan t-shirt tanpa memakai BH.
Saat adikku kusuruh makan, Toni
menolak karena sudah makan di
luar bersama teman-temannya,
dan akhirnya aku makan sendiri,
sedangkan adikku asyik
berenang. Selesai makan aku
buatkan jus jeruk dan
kuantarkan ke kolam renang.
Sambil meminum jus jeruk, aku
melihat adikku berenang. Saat
Toni keluar dari kolam renang
dan duduk di sebelahku sambil
meminum jus jeruk dan
berjemur, jantungku berdetak
semakin cepat dan aku sangat
tidak tahan untuk memeluknya.
Tidak kusangka adikku yang
dulunya polos, sekarang sudah
berubah menjadi seorang cowok
yang gagah dan tampan terlebih
lagi hobinya adalah berenang.
Dadanya terlihat bidang dengan
bentuk yang menggairahkan,
tubuhnya atletis dan bisa
kutebak kalau batangnya juga
lumayan besar. Aku hanya dapat
memandangnya, wajahnya
ditutupi oleh handuk kecil yang
digunakannya untuk
mengeringkan tubuhnya. Aku
sudah tidak tahan lagi dan aku
tidak peduli apa yang akan
terjadi. Aku membelai dada
adikku dan Toni hanya
menggelinjang kegelian.
"Mbak Ani.., apaan sih..? Geli tau..!
Kurang kerjaan, mendingan
bikinin aku roti bakar.."
Aku sedikit terkejut dan kucubit
perutnya, Toni hanya tertawa.
"Emang aku pembantumu, enak
aja." kataku agak jengkel.
Aku sudah benar-benar tidak
tahan, tanpa pikir panjang lagi
kutindih tubuh adikku dan
kulempar handuk dari wajahnya.
"Mbak Ani mau ngapain sih..?"
tanyanya.
Tanpa sepatah kata pun
langsung kucium mulutnya dan
kuremas-remas dadanya yang
bidang itu. Adikku sangat
terkejut dengan apa yang
kulakukan dan mendorong
tubuhku. Aku tidak peduli,
kucium lagi bibirnya dan kali ini
adikku tidak bereaksi apa-apa
dan mencoba untuk
menikmatinya. Aku tahu kalau
Toni mulai terangsang, karena
kurasakan diantara kedua
pahanya ada sesuatu yang
bertambah besar.
Kuciumi terus bibir dan lehernya,
adikku sedikit kewalahan tapi
Toni selalu mencoba membalas
ciumanku walau terasa agak
kaku.
"Baru pertama dicium cewek
ya..?" tanyaku.
"Ah Mbak banyak omong,
terusin aja Mbak..!" katanya
tidak sabar lagi.
Mendengar ucapannya aku jadi
semakin bersemangat, langsung
kubuka kaosku, dan adikku
hanya bisa melotot melihat
payudaraku yang cukup besar.
"Wah susu Mbak bagus sekali,
baru kali ini Toni melihat susu
cewek." katanya.
Kusuruh Toni memegang dan
meremasnya, "Aduh jangan
keras-keras, sakit.. Coba
sekarang kamu isep susu Mbak.."
Lalu kusodorkan payudaraku ke
mulutnya, Toni mengulum dan
menghisap puting payudaraku,
"Akh enak sekali Ton, sshs.. akhh
terus Ton.., enak sekali.."
Kusuruh Toni berhenti, lalu
kuciumi lagi bibir dan lehernya,
kemudian kuturun ke dadanya
dan kuciumi serta kugigit pelan
putingnya, Toni hanya bisa
mendesah lirih, "Akh.. enak Mbak,
akhh.."
Dengan tergesa aku turun
kebawah, kulihat batang
kejantanannya yang gagah
sudah sedikit tercetak dan
memperlihatkan kepalanya di
celana renang adikku. Dengan
penuh nafsu langsung kutarik
celana renang adikku sampai ke
lututnya.
"Wah.., Ton punya kamu Oke
juga nih, lebih bagus dari punya
Mas Doni.."
Adikku hanya tersenyum dan
sepertinya tidak sabar dengan
apa yang akan kulakukan. Aku
pun lalu membuka celanaku dan
sekarang aku telanjang. Toni
bangun dari kursi dan duduk,
lalu Toni meraba bibir
kemaluanku, kemudian kusuruh
Toni menjilati bibir kemaluanku.
Toni kelihatannya kaget tapi
langsung kutarik kepalanya ke
arah kemaluanku, dan Toni mulai
menjilati permukaan lubang
senggamaku.
"Akh.., Ton enak sekali terus akh..
yaa disitu Ton, enak.., akhh..
terus Ton terus akkhh.."
desahku.
Aku menggelinjang keenakan
dibuatnya, rasanya enak sekali
dan aku sangat suka jika ada
yang menjilati kemaluanku. Aku
sudah tidak tahan, kudorong
tubuh adikku ke kursi lagi,
kemudian kupegang batang
kejantanannya dan kuarahkan
ke liang senggamaku. Toni
kelihatannya sedikit tegang saat
kepala kejantanannya
menyentuh permukaan bibir
kemaluanku. Toni menahan
nafas dan mengerang saat aku
menekan tubuhku ke bawah,
dan batang kejantanannya
masuk seluruhnya ke liang
kewanitaanku.
"Akh.. Mbak.. enak sekali..
hangat.. yeah.. ayo Mbak
terusin..!"
Aku lalu bergerak,
menggoyangkan pantatku ke
atas dan ke bawah, dan kadang
kuputar-putar, tangan adikku
kusuruh meremas-remas
payudaraku dan Toni sangat
bernafsu sekali. Aku bergerak
semakin lama semaki cepat,
tanganku memegang paha
adikku untuk tumpuan.
Beberapa saat kemudian, nafas
adikku mulau memburu dan
gerakannya mulai tidak karuan,
kadang memegang pantatku,
kadang meremas payudaraku,
dan aku tahu kalau Toni sudah
hampir sampai dan berusaha
menahannya.
"Akh.. Mbak.., aduh.. Toni mau
keluar Mbak..!"
"Tahan Ton.., Mbak sebentar lagi
akhh..!"
Semakin kupercepat gerakanku,
aku mulai liar. Kuremas dadanya
dan saat kurasa kenikmatan itu,
aku menekan tubuh adikku, dan
tubuhku menjadi tegang sambil
kuremas paha adikku.
"Toni nggak tahan lagi Mbak..
akh.. Mbak, Toni keluar Mbak
akhh..!"
Pantatnya terangkat ke atas
seperti ingin menusuk
kewanitaanku dan kurasakan
semprotannya yang cukup keras
beberapa kali di dalam rahimku.
Begitu juga denganku, otot
kemaluanku menekan
batangnya dan kurasakan
liangku semakin basah, baik oleh
cairanku ditambah mani adikku
yang menyemprot sangat
banyak di lubang senggamaku.
Tubuh kami basah oleh keringat,
dan kemudian kupeluk tubuh
adikku menikmati sisa-sisa
kenikmatan tadi. Nafas adikku
mulai teratur dan kurasakan
batang kemaluannya mulai
mengecil di liang kewanitaanku,
namun pantatku masih tetap
bergoyang di atas tubuhnya.
"Mbak, enak sekali.., makasih ya
Mbak, baru pertama kali ini Toni
merasakan nikmatnya tubuh
perempuan dan nikmatnya
melakukan hubungan badan."
"Mbak yang harusnya makasih
sama kamu, ternyata adik Mbak
cukup hebat walau baru
pertama kali, tapi Mbak sangat
puas sekali dan Mbak pengen
sekali lagi, bolehkan Ton..?"
"Wah.., Toni juga mau Mbak..!"
Kucabut batang kejantanannya
dari lubang kewanitaanku dan
kembali kurasakan orgasme saat
mencabutnya. Batang kemaluan
adikku sudah mengecil sekarang,
tapi tetap telihat gagah. Toni lalu
duduk di pinggir kursi dan aku
kemudian menjilati batang
kejantanannya, Toni kembali
mendesah, "Ssshh.., enak Mbak..!"
Tangannya membelai rambutku
dan kadang meremas
payudaraku. Aku kembali
terangsang dan batang
kemaluan Toni dengan cepatnya
kembali tegak dan kokoh. Aku
lalu lari dan menceburkan diriku
di kolam renang, Toni menyusul
setelah membuka celana renang
yang masih tertinggal di
lututnya. Di kolam kembali kami
berciuman, tapi sekarang Toni
kubiarkan lebih agresif. Sambil
duduk di tangga kolam,
diciuminya bibir dan leherku,
kemudian dihisapnya puting
payudaraku.
Kemudian kurasakan Toni
berusaha memasukkan batang
keperkasaannya, tapi selalu
meleset. Aku hanya tertawa
kecil, lalu kubantu dia. Kupegang
batangnya dan kuarahkan ke
kemaluanku. Toni hanya tertawa
kecil dan kemudian dia menekan
rudalnya ke sarangku. Toni lalu
menggerakkan pantatnya dan
memompa senjatannya keluar
masuk liang surgaku, nafasnya
juga mulai memburu. Aku
menikmati tekanan yang
diberikan Toni dan rasanya
nikmat sekali.
"Akh.., enak sekali Ton, yang
keras Ton..! Akh..!"
"Akhh Mbak.., kita pindah di kursi
ya..? Di sini nggak enak."
Toni lalu mengangkat tubuhku,
kulingkarkan kakiku di
pinggangnya sehingga aku
masih bisa bergerak walaupun
Toni berdiri dan berjalan ke arah
kursi tempat kami tadi.
Di baringkannya tubuhku, lalu
Toni mulai memompa batang
kejantanannya lagi, semakin
lama semaki cepat. Aku
mengimbangi gerakakn Toni
dengan mengerakkan pantatku
ke kiri dan ke kanan, kadang
kuremas-remas pantat adikku
yang kenyal. Nafas Toni mulai
tidak teratur.
"Lebih cepat Ton.. akh..!"
"Mbak.., Toni mau keluar Mbak,
akh..!"
Gerakan Toni semakin cepat, dan
saat kulihat tubuh Toni mulai
mengejang, kulingkarkan kakiku
di pinggangnya. Toni menekan
dan memasukan batang
kemaluannya lebih dalam lagi.
"Akh.., Mbak, Toni keluar Mbak,
akhh.., Mbak.. ngeakhh.."
Tubuhnya lalu rubuh di atas
tubuhku. Tanpa mengeluarkan
burungnya, kusuruh Toni
berbalik dan aku mulai
menggerakkan pantatku di atas
tubuhnya. Batang kemaluan Toni
memang mengecil, tapi lama-
lama mulai mengembang lagi.
Aku bergerak tidak karuan di
atas tubuhnya, sampai beberapa
saat kemudian aku orgasme,
kupeluk erat-erat tubuh Toni.
Setelah agak tenang, karena aku
tahu kalau Toni belum keluar,
kemudian aku turun dan
mengulum batang
keperkasaannya. Toni
menggerakkan pantatnya ke kiri
dan ke kanan dan kadang
menusuk ke dalam mulutku.
Selang beberapa waktu
kemudian, batang kemaluannya
seperti mengembang di dalam
mulutku.
"Akh.., Toni keluar Mbak.. akhh..!"
Maninya menyembur di dalam
mulutku dan kutelan semuanya,
kemudian kami berpelukan dan
berciuman. Tanpa sadar kami
tertidur di kursi, kepalaku
kurebahkan di dadanya dan
tubuhku di atas tubuhnya.
Sore hari kami dikejutkan oleh
suara klakson mobil dan kami
buru-buru bangun. Aku memakai
bajuku yang berserakan di
pingir kolam dan Toni buru-buru
mengambil celana renangnya
dan berlari ke kamarnya. Saat
makan malam, kakiku
mengeranyangi kakinya dan jari
kakiku menekan batangnya
yang mulai mengembang. Kedua
orang tuaku sedikit keheranan
dengan kelakuan kami, tapi
mereka tidak pernah tahu
dengan apa yang telah terjadi di
antara kami. Malamnya seusai
makan malam aku langsung
masuk kamar, begitu juga Toni.
Tengah malam aku terbangun
karena Toni menciumi bibirku
dan malam itu kami
melakukannya lagi.
Sejak saat itu, secara sembunyi-
sembunyi kami melakukannya,
bahkan setelah aku menikah
dengan pacarku, kami pun masih
sering melakukannya, terutama
saat suamiku sedang dinas
keluar kota. Rahasia ini sampai
sekarang masih kami pegang
dan bahkan cinta gelap kami ini
membuahkan putra pertamaku
yang sekarang sudah berusia 9
tahun.
Saat pernikahan Toni aku
memberikan sebuah hadiah.
Setelah malam pengantinnya,
kami melakukannya di gudang
belakang rumah saat semua
orang sudah terlelap. Toni bilang
walaupun istrinya sekarang
masih gadis, tapi tidak ada yang
menyaingi aku. Makanya
suamiku sangat betah di rumah
karena servisku yang sangat
memuaskan, tanpa tahu kalau
aku selingkuh dengan adik
kandungku sendiri.
TAMAT

0 komentar

Posting Komentar